Pendidikan Lanjut Sasenitala Angkatan 21 “ TRI KAYASA”

Pendidikan Lanjut Sasenitala merupakan kegiatan anggota yang telah sudah melewati pendidikan dasar yang bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai kepencita alaman, kepedulian terhadap lingkungan, dan memperlajari budaya yang belum banyak diekspose. Pendidikan lanjut Sasenitala Angkatan 21 dilakukan pada tanggal 6 September 2017 (keberangkatan dari Sekret Sasenitala Yogyakarta menuju Garut, Jawa Barat) sampai 12 September 2017 (kembali ke secret Sasenitala Yogyakarta)

Pendidikan Lanjut Sasenitala Angkatan 21 memilih Garut, Jawa Barat sebagai tujuan ekspedisi yang akan mencakup tiga divisi yang ada dalam Sasenitala, pencita Alam, budaya, dan lingkungan. Maka dari itu dari ketiga divisi yang ada kami akan menjabarkan sedikit apa saya yang dapat kami eksplore, yaitu :

Pada kepecinta alaman (PA) :

Pendakian dilakukan pada tanggal 8-9 September 2017 ,

kami memilih Gunung Papandayan sebagai kegiatan pendakian bersama

Gunung Papandayan adalah gunung api strato yang terletak di Kabupaten Garut, Gunung dengan ketinggian 2665 meter di atas permukaan laut. Digunung Papandayan terdapat pemandangan pohon-pohon mati di Hutan Mati ini berawal dari letusan Gunung Papandayan yang terjadi ratusan tahun silam.

Sejarah Gunung Papandayan adanya dua orang pembuat pandai di Gunung Beurit, lalu ia pindah ke Gunung Papandayan (sembah dalam pandai domas) orang sakti.

Ada pembagian wilayah dalam sekeliling gunung papandayan yaitu, perkebunan, perhutani, dan BKSDA.

Perkebunan yaitu wilayah yang peling bedekatan dengan pemukiman warga, perhutani yaitu wilayah yg disediakan pemerintah kepada masyarakat sekitar untuk dijadikan lahan pertanian, sedangkan BKSDA yaitu wilayah yg ditetapkan oleh pemerintah sebagai wilayah yang dilindungi dan tidak untuk lahan pertanian yang didalamnya terdapat flora dan fauna yg menghuninya.

Pada Budaya:

Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 10 September 2017

Kabupaten Garut dikenal sebagai daerah penghasil kopi dengan kualitas yang baik dan memiliki cita rasa yang khas. berdasarkan sejarahnya, didunia ini hanya ada tiga daerah yang menjadi penghasil kopi biji kuning, salah satunya Kabupaten Garut, dengan data yang kami peroleh kami medapatkan informasi mengenai sejarah dan cara penanaman sampai dengan siap jual.
Pada tahun 1997, bibit kopi koneng dibawa oleh orang korea yang pada saat itu mengambil bibit kopi dari brazil dan berniat untuk menanamnya di Indonesia oleh PT. Bumi Prada, dan setelah ditanam ternyata tidak berhasil, lalu bibitnya dibawa oleh petani kedaerah garut (cikandang lalu ke margamulya) yang saat itu hanya tersisa 10 bibit, dan ternyata berhasil tumbuh, saat berbuah petani tersebut heran dengan warna biji kopi yang berwarna kuning, namun petani tidak mengetahui bahwa itu adalah jenis kopi koneng. Setelah 3 tahun baru dilakukan penelitian dan akhirnya diketahui bahwa itu kopi koneng atau dengan istilah yellow catura (arabica), hasil penelitian menyebutkan kopi berhasil tumbuh karena genetik dan unsur tanah. Kopi koneng cenderung memiliki rasa yang asam, dan biji kopi tersebut berwarna kuning. Pada akhirnya petani lain ikut membudidayakan kopi koneng karena ternyata kopi koneng memiliki kualitas yang bagus dengan  dan mampu menandingi kopi parahiyangan yang sudah terkenal dengan kualitasnya, hingga akhirnya perlahan para petani mulai beralih untuk menanam kopi koneng. Untuk saat ini kopi koneng hanya terdapat di equador, brazil dan Indonesia, di Indonesia hanya terdapat didaerah Garut, pasar kopi koneng saat ini sudah ranah import, yaitu ke Korea, untuk Indonesia banyak disebar luaskan di Daerah Surabaya dan Medan. Belum banyak yang tahu tentang kopi koneng untuk saat ini.
Pada Lingkungan :

Dalam kaitannya dengan lingkungan, kami mencoba melakukan sebuah inovasi baru yang belum pernah dilakukan oleh orang lain ataupun masyarakat sekitar untuk menanggapi berbagai macam permasalahan lingkungan itu. Kami bekerjasama dengan Karangtaruna desa Margamulya untuk melakukan mural. Mural tersebut bertempat di GOR desa Margamulya pada tanggal 11 September 2017. Di dalam proses pengerjaan kami dibantu oleh warga dan anggota Karangtaruna setempat. Kami mencoba menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga lingkungan. Di dalam mural tersebut kami menyampaikan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi sampah dan menjaga lingkungan. Seperti bagaimana cara memilah sampah, sampah apa yang harus dipilah, bagaimana pengolahan sampah organik, membiasakan membuang sampah ditempatnya, membenahi sistem drainase, reboisasi di wilayah Margamulya, menyampaikan semangat semangat gotong royong, ajakan pola hidup sehat dan banyak lagi. Harapan kami dengan adanya kegiata mural ini adalah semakin meningkatnya kesadaran akan kebersihan lingkungan.

 

Peserta Dikjut Sasenitala XPDC Tri Kayasa.

Sebelum Berangkat ke Garut.

Sesaat setelah tiba dilokasi.

sosialisasi berssama Kartar Desa Margamulya.

Persiapan Camp. saat Pendakian Gunung Papandayan, via Jalur baru margamulya.

Meninjau dan meneliti Kopi Kuneng Garut.

Mural di Gor. Desa Margamulya. bekerjasama dengan Kartar dan Perangkat desa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 



1 Komentar

  • Syamsul Barry

    Alhamdullilah…semua lancar…ini kegiatan bagus, sejak dini sudah melakukan field work…semoga selesai kuliah nanti bisa menjadi peneliti handal…

Comments are closed.